Friday, April 2, 2010

SHEPHERD


Hai Ericovamili, mulai saat ini saya juga akan membagikan berkat rohani bagi rekan-rekan semua, kali ini sebuah pengalaman nyata dari rekan saya Mery Christiani yang mau membagikan cerita pengalamanya untuk saya dan anda semua. Semoga anda terinspirasi dan bertambah pengetahuan anda sehingga menjadi lebih bijaksana dalam kehidupan anda :)


Minggu kemarin di gereja kami menyanyikan lagu....mmm, apa ya judulnya? Lupa! Pokoknya dangdut. Cukuup...lucu (I like anything new & different though). Fery A. Pahan, yang katanya Nancy "seandainya dia 10th lebih muda pasti bisa jadi World Idol", pun belum tentu bisa se-dangdut itu. Anehnya, saya membayangkan Haris, Nancy, Nila, singer yang mukanya mirip Vera, dan Hellana lagi joget-joget Mirotic di depan menggantikan choir. Honestly, plus pak Rahmat dan Hendra. Haha!


Anyway.... karena tiba-tiba Hendra muncul dalam imajinasi joget-joget Mirotic dan kebetulan tiga kursi di samping saya kosong, saya jadi ingat statement-nya yang dulu: "kursi2 menuju jalan kebenaran, kok jarang yang mau ya? Coba lek XXI pasti bek."
Man, simple truth!
Pernah nggak kita berpikir barangkali justru kita sendirilah yang membuat orang lain menolak pesan salib.

Dua tahun yang lalu, seseorang yang sejak dulu diragukan orientasi seksualnya, akhirnya mengaku pada Pendeta bahwa dia penyuka sesama jenis. Harapannya sederhana, dia ingin dibantu, didoakan, whatsoever. Sayangnya bukan itu yang didapat, dia malah ditampar dan diusir dari gereja supaya tidak mempengaruhi pemuda lainnya. Beberapa orang meyakini bahwa ia telah kerasukan roh homoseksual. Saya tidak memahami dunia roh, tetapi menampar sekaligus mengusir orang yang meminta pertolongan tidak bisa dibenarkan.

Akhir tahun 2008 (seingat saya bulan November) pemerintah California mengesahkan Proposition 8 yang isinya kembali menentang pernikahan sejenis. Cerita lainnya adalah jemaat gereja Mormon yang saat itu mendukung dana untuk "YES on Prop.8" dan katanya terkenal diskriminatif terhadap LGBT, akhirnya setuju untuk mendukung aturan non-diskriminatif terhadap LGBT. Hal ini disebabkan pihak LGBT selalu berdiskusi dengan pihak gereja.

Jika ditanya tentang hal-hal dalam kehidupan ini yang terlalu dibesar-besarkan oleh mayoritas orang, saya akan menjawab demikian:

(1) Kepintaran.
Orang-orang terlalu mengagungkan kepintaran. Kepintaran memang penting, tapi tidak begitu penting jika dibandingkan dengan kebaikan hati. Lihat apa yang dilakukan kepintaran pada bumi dan moral kita sekarang. Dunia ini membutuhkan hati yang murni.

(2) Agama.
Pada tahun 1970'an muncul slogan yang menjadi populer hingga saat ini. It's not about religion, but relationship with God. Sebenarnya berapa banyak orang yang memakai slogan ini dan mengerti artinya? Apapun agamanya, yang terpenting adalah hubungan kita secara pribadi dengan Allah. Well, it's not exactly like that. Justru agamalah yang menyebarkan pemikiran tentang hubungan dengan pribadi Kristus. Agama memperkuat konsep bahwa Allah berhubungan secara langsung dengan kita. Tanpa kerangka agama, hubungan dengan Allah menjadi tidak berarti. It's not about religion, but relationship with God. Religion yang dimaksud di sini bukan Kristen atau Katolik, tapi pada rutinitas mingguan, pergi ke gereja, menyanyikan puji-pujian, memberi perpuluhan, dan mendengarkan Firman Tuhan.

Diluar konteks makna slogan tersebut, agama yang merupakan prinsip kepercayaan kepada Tuhan terkadang membuat kita mendiskriminasikan golongan tertentu karena adanya nilai-nilai yang tidak dapat diterima dan dipercaya oleh sistem yang ketat. Sesama pengikut Kristus pun kadang-kadang saling menyikut.

Tuhan menerima manusia melalui kasih karunia. Love God and love your neighbor. Allah menghendaki kasih dari semua orang. Dalam Kristus, yang diperhitungkan adalah iman yang bekerja oleh kasih melalui tindakan saling melayani. (baca 1Kor.10:31-33)

Suatu saat nanti, jika ada yang bertanya kenapa kursi itu kosong, kita akan menjawab: karena mereka telah menjadi penjala manusia. Seperti yang kami doakan tiap kali perjamuan kudus: "menjadi kepala, tidak menjadi ekor". Gereja yang bertumbuh melipatgandakan pemimpin. Selamat datang di negeri sejuta pemimpin!


PS: A+ untuk Hillsong United yang judulnya Soon dan Timbaland feat Katy Perry yang If we ever meet again.

*LGBT : Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender


5 comments:

ndop said...

saya suka istilah ericovamilynya... kereeeen!!!

ahmad rosidi aka eros said...

saya juga tadi mo bilang gtu, bagus sebutane. ada juga Dzofamili kalao eros masa erosamili wkwkwkw

SemutGeni.Net said...

pendeta yg nampar di demo ga? hanya karna takut nularin kehomoannya pendeta jadi lupa diri posisinya .. heuehueh

Jiewa said...

Lho.. lagunya Timbaland itu juga lagu gereja ta Ric?

Keep posting this kind of article, my our faith grow and give strength to each other :)

Ericova said...

@jiewa : ok thank you :)

@semut : huehehe :p

@eros : hahaha ericovamili saja :p

@ndop : thx bos :D